Rumah Bung Karno di Bengkulu, Nominasi Wisata Sejarah Terpopuler

Advertisement

Rumah Bung Karno di Bengkulu, Nominasi Wisata Sejarah Terpopuler

Kamis, 17 Mei 2018






Rumah pengasingan Bung Karno, Sang Proklamator Indonesia di Bengkulu, masuk sebagai salah satu nominasi situs wisata terpopuler versi  Pesona Indonesia (API) tahun 2018. Rumah Bung Karno masuk kategori situs wisata sejarah terpopuler. Rumah Bung Karno masuk nominasi API bersama dengan objek wisata Bukit Kandis di Bengkulu Tengah. Untuk Wisata Olahraga dan Petualangan Terpopular, wisata Bukit Kandis sebagai lokasi panjat tebing yang menantang. Tentunya hal ini membuat saya sebagai warga Bengkulu bangga.  Harapannya objek wisata Bengkulu, khususnya Rumah Bung Karno nantinya benar-benar terpilih sebagai objek wisata terpopuler Indonesia.

Bicara soal Rumah Bung Karno, saya sudah berulang kali ke rumah nan asri yang terletak di kawasan Jalan Soekarno, Kelurahan Anggut Atas ini. Mengantar tamu undangan yang hadir pada kegiatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bengkulu, organisasi kewartawanan yang saya ikuti atau mengantar keluarga dari luar daerah yang berkunjung ke Bengkulu. Jadi ya saya sudah hapal dengan seluk beluk Rumah Bung Karno. 

Setahu saya setiap orang luar yang datang ke Kota Bengkulu selalui berkunjung Rumah Bung Karno sebagai tujuan wisata utamanya. Berikuntya baru mengunjungi obejk wisata lainnya seperti, Benteng  Marlborough, Rumah Fatmawati, Masjid Jamik, Pantai Panjang hingga Tapak Paderi. Apalagi posisi Rumah Bung Karno satu kawasan dengan pusat oleh-oleh khas Bengkulu. Mereka yang membeli oleh-oleh untuk teman, keluarga atau kerabat biasanya menyempatkan diri singgah ke rumah Bung Karno. Bahkan ada yang sengaja membeli oleh-oleh khas Bengkulu di Rumah Bung Karno, yang memang ada penjual khas oleh-oleh Bengkulu di sana. Oleh-oleh yang dijual pun cukup lengkap mulai dari kaos bergambar Bung Karno dan bertuliskan kata-kata populer milik Bung Karno, makanan khas Bengkulu seperti kue tat, perut punai, hingga ke kain Batik Basurek yang sudah dijahit beragam bentuk. Ada baju, tas, dompet, hingga syal.

Nah pada kesempatan ini, saya akan mengulas spesifik tentang Rumah Bung Karno. Jadi bukan hanya saya dan warga Bengkulu atau mereka yang pernah berkunjung ke Bengkulu saja bisa menikmati suasana Rumah Bung Karno. Tetapi semua orang bisa merasakan dan melihat seperti apa gambaran rumah Bung Karno melalui internet. Dengan berkunjung ke blog. Salah satunya berkunjung ke blog saya ini atau mensearching Rumah Bung Karno di internet.

Untuk tiba di Rumah Bung Karno pengunjung bisa melewati berbagai jalan yang berbeda. Dari arah Pantai Panjang, kawasan Kampung dan dari arah Simpang Lima Ratu Samban. Umumnya wisatawan masuk lewat Simpang Lima. Rumah Bung Karno berada di Jalan Soekarno, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu. Letaknya berdekatan dengan Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Bengkulu. 

Dari keterangan penjaga Rumah Bung Karno
, sebelum menjadi rumah pengasingan ayahanda Ketua Umum Partai Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati, rumah itu milik seorang pedagang asal Tionghoa Lion Bwe Seng. Rumah itu lalu disewa Belanda untuk menempatkan Soekarno selama diasingkan di Bengkulu.  Soekarno sendiri menempati rumah pada masanya yang masih terpencil dan sepi pada 1938-1942.

Rumah pengasingan Bung Karno memiliki halaman luas. Terhampar sekitar 20 meter
an menuju rumah utama.. Halamannya begitu asri dan terawat. Ditumbuhi reremputan hijau yang tingginya tak lebih dari mata kaki dan dipinggirannya dikelilingi bunga berwarna warni nan cantik. Ada pula pepohonan cukup besar dan rindang daunnya cukup membuat teduh dan nyaman untuk beristirahat. 

Lahan asli Rumah Bung Karno berukuran asli 162 m² dengan luas bangunan 9 x 18 m. Bentuk bangunannya persegi panjang dan atapnya berwarna merah. Dari depan rumah ini dominan dicat dengan warna sendu, yakni putih, kuning gading. Bagian teras depannya diberikan sentuhan kanopi bercorak merah putih untuk melindungi bagian depan rumah dari teriknya sang surya.
Rumah itu terdiri atas lima ruangan, yaitu 1 ruang kerja di bagian depan, 1 ruang tamu, 1 kamar tidur tamu, dan 2 kamar tidur keluarga.



Begitu tiba di depan rumah Bung Karno, untuk memasukinya pengunjung menaiki anak tangga terbuat dari semen yang tak begitu tinggi. Tiba di teras depan rumah, kita pengunjung dihadapkan dua pilihan mau masuk dari arah mana. Dari pintu utama yang berada ditengah dengan daun pintu ganda berbentuk persegi panjang ke atas berkisi-kisi sehingga angin sepoi bisa masuk. Pilihan kedua begitu melihat ke arah sisi kanan ada pula pintu lain yang menghadap ke bagian samping kanan. Didepannya terdapat sebuah meja dan kursi dengan seorang penjaga tempat mengisi buku tamu. Biasanya saya memilih masuk dari pintu samping kanan ini. Karena pintunya lebih menjorok ke depan dibanding pintu utama.

Ruang kerja Bung Karno.
Ruangan di samping kanan itu merupakan ruang kerja Bung Karno. Di dalam ruang kerja ini terdapat beberapa benda koleksi meja kerja Bung Karno. Buku koleksi milik Bung Karno yang kerap ia baca semasa dasingkan di Bengkulu.  Koleksi  buku Bung Karno yang masih tersipan rapi dalam sebuah almari di ruangan itu antara lain, berjudul Lagrimas, Een Engelop Earde, Caecilia Bohl de Faber, De Weg De Vraou En Het Huis, ditulis D.J, Van der Laan, serta buku-buku lainnya.

Di ruangan yang sama terdapat pula koleksi foto desaign Rumah Bung Karno dan Desaign Masjid Jamik. Masjid ini juga peninggalan Bung Karno letaknya di kawasan Suprapto, Pintu Batu. Berjarak sekitar 1 Km dari Rumah Bung Karno.

Ruang Keluarga
Berikutnya memasuki ruangan di belakang ruangan kerja ada ruangan keluarga, Di ruangan ini terdapat sebuah lemari berisikan kostum perkumpulan sandiwara Monte Carlo. Yakni komunitas sandiwara yang dibina Bung Karno dan Inggit Garnasih selama pengasingan di Bengkulu. Kostum dominan berwarna merah ini sering dipakai bila pertunjukann seni dilaksanakan. Menurut informasi pertunjukan Monte Carlo menjadi salah satu wadah bagi Bung Karno dalam menanamkan semangat cinta tanah air kepada para pemuda dan masyarakat Bengkulu.

Ruang kamar Tamu
Melangkah ke arah kiri ruangan keluarga di sampingnya ruangan utama yakni kamar tamu. Di ruangan ini terdapat beberapa foto Bung Karno dengan para sahabatnya. Seperti Bung Karno bersama K.H. Mas Mansyur. Saat diasingkan di Bengkulu Soekarno pernah bertemu dengan K.H. Mas Mansyur, yang ketika itu menjabat Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Berikutnya ada pula foto Abdul Karim atau Oei Tjeng Hien. Karim Oei salah tokoh dari keturunan Tiong Hoa yang memperjuangkan Islam dan Kemerdekaan Indonesia. Berikutnya foto Bung Karno bersama Buya Hamka. Sang ulama besar sahabat Bung Karno, namun karena perselisihan Buya Hamka dipenjarakan oleh Bung Karno. Kemudian ada juga foto Bung Karno dengan Abdul Manaf yang dikenal sebagai seorang anggiota Panji Islam dan Al-Manaar di Bengkulu. Abdul Manaf diketahui sebagai orang yang memberikan Soekarno buku  secara diam-diam Berikutnya ada foto Bung Karno dan Hanafi. Seorang tokoh evolusi Indonesia.


Ruangan Utama/Ruang Tamu




Disamping ruangan keluarga di arah kiri ada ruangan utama. Letaknya juga tepat di depan pintu utama. Di ruagan ini  terdapat sepeda ontel yang biasa dipakai suami Inggit Ganarsih  itu selama diasingkan di Rumah Bung Karno. Sepeda ini menjadi favorit pengunjung untuk berselfie ria. Sepeda itu dilindungi dengan kotak kaca berwarna bening, agar pengunjung tidak mengutak-atiknya. Menurut cerita sepeda ini bukanlah sepeda asli yang sering dipakai Bung Karno semasa pe ngasingan di Bengkulu. Konon mereka sepedanya berbeda. Sepeda milik Bung Karno bermerek Fongers sedangkan sepeda yang terpajang di ruangan tamu itu mereknya Relli.

Mengalihkan pandangan ke arah kanan di ruangan yang sama. Disudut ruangan terdapat meja kursi terbuat dari kayu
perpaduan rotan dibagian sandarannya . Kursi bernuasa coklat itu tempat sang Soekarno menerima tetamunya. Meja kursi ini diikat dengan tali dan tidak boleh diduduki pengunjung karena sudah rapuh.


Di ruang tamu juga terdapat foto Bung Karo setenah badan  berukuran cukup besar. Ada juga foto Bung Karno bersama sang istri Inggit Gunarsih, dan foto Bung Karno bersama rekan-rekan seperjuangannya. Terpajang pula di ruang tamu itu koleksi buku-buku milik Soekarno yang kerap ia baca semasa pengasingan di Bumi Rafflelsia.

Ruangan Kamar Tidur


Cukup tertegun dengan ruang tamu, mulailah beralih ke ruangan lainnya di bagian belakang ruang tamu. Ruangan ini tempat tidur. Dikamar ini juga terdapat foto Inggit Ganarsih dan Soekarno berukuran besar dan foto Bung Karno dengan Ayahnya Raden Sukemi Sostrodihardjo

Terdapat pula ranjang tua berwarna hitam lengkap dengan kelambu berwarna putih yang tersingkap disisipkan ditiang ujung depan ranjang. Tempat Bung Karno dan istri ketiga Inggit Ganarsih berkasih sebelum akhirnya berpaling hati jatuh cinta dengan dara belia asli Bengkulu nan jelita Fatmawati. Yang kelak menjadi ibunda lima bersaudara Megawati, Sukmawati, Guntur dan Guruh.  Kemudian disisi kananya terpajang sebuah meja rias buatan Bung Karno berukuran sekitar 160 Cm terbuat dari kayu berwarna coklat. Meja rias ini terbagi dua sisiwa sisi pertama cermin yang panjang dan sisi keduanya kisi-kisi susunan papan sepertinya tempat meletakkan alat kosmetik untuk mempercantik diri.  


Kamar Ratna Djuami dan Kartika
Berikutnya ada kamar tidur anak angkat Bung Karno, yaitu Ratna Djuami dan Kartika. Informasi sekilas mengenai Ratna Djuami lahir di Bandung pada 4 Mei 1923 dari pasangan Sumarta dan Murtasih. Murtasih merupakan  kakak Inggit Garnasih, artiya ipar Bung Karno. Menemani Ratna Djuami ada anak angkat Bung Karno dan Inggit lainnya, Sukarti  yang diganti namanya menjadi Kartika oleh Bung Karno. Kartika merupakan putri sulung keluarga Atmo Sudirdjo, seorang juru ukur yang bekerja pada dinas pekerjaan umum pemerintahan Kolonial Belanda.
Sumur Bertuah
Melangkah ke belakang lagi kita memasuki bagian belakang rumah Bung Karno. Terdapat teras di bagian belakang. Kalau kita melangkah dari depan rumah, di sisi sebelah kiri teras belakang terdapat penjualan oleh-oleh khas Bengkulu. Ada satu dua orang penjaganya. Oleh-oleh berbagai kue khas Bnegkulu, seperti  kue tat, kue peut punai, juada kare diletakkan dan dibariskan rapi di atas sebuah meja berukuran cukup besar. Lalu ada juga baju kaos bergambar Bung Karno yang bertuliskan kata-kata yang dipopulerkan Bung Karno dan kaos tentang Bengkulu dipajang dengan digantung. Selain itu ada juga tas, dompet, tempat pensil dan syal, yang kesemuanya terbuat dari kain Batik Besurek. Batik khas Bengkulu yang berciri khas tulisan huruf arab gundul dan Bunga Rafflesia Arnoldy yang juga bunga khas Provinsi Bengkulu. Baju batik basurek beraneka warna. Ada hijau, kuning, merah, pink, putih dan lainnya. Umumnya perpaduan dua hingga tiga warna yang serasi sekaligus.





Puas melihat-lihat dan membeli oleh-oleh untuk dibagikan ke orang-orang terdekat. Kita turun dari rumah Bung karno. Disebelah kanan ada sebuah sumur tua bercincinkan semen dengan derek besi dan ember timba berwarna hitam berukuran sedang. Sumur di kediaman Bung Karno ini cukup asri didekatnya tumbuh sebuah pohon cukup tinggi yang bunganya berwarna pink.




Cincin sumur tingginya sepinggang orang dewasa. Jadi cukup aman bila kita ingin menimba airnya. Airnya jernih, sejuk dan segar. Sangat enak untuk mencuci tangan kaki apalagi muka. Sumur di rumah Bung Karno ini unik lho. Dipercaya sebagai sumur bertuah. Bagi siapa yang berkunjung ke Rumah Bung Karno lalu mencuci muka dengan air sumur Bung Karno ini dipercaya nanti mukanya akan lebih berseri dan bisa awet muda. Bagi yang perempuan bisa makin cantik dan yang laki-laki bisa makin tampan. Makanya bila musim pemilihan legislatif atau kepala daerah, banyak calon anggota dewan atau calon kepala daerah datang ke Rumah Bung Karno. Mencucui mukanya di sumur keramat ini. Kalau mukanya berseri cantik atau ganteng masyarakat banyak yang suka jadi harap-harap bisa terpilih.
Terkait dipercayanya sumur keramat di Rumah Bung Karno ini, mantan Wali Kota Bengkulu H Ahmad Kanedi SH MH pernah menuturkan, jargon sumur keramat itu digunakan hanya untuk mengenalkan objek wisata Ruah Bung Karno saja dan agar wisatawan tertarik datang ke Bengkulu. Tak perlu dipertentangkan apalagi dikait-kaitkan dengan syirik yang dilarang dalam agama Islam.







Usai mengelilingi rumah Bung Karno dengan santai, saatnya kita keluar dari perkarangan Rumah Bung Karno untuk melanjutkan aktivitas. Keluarnya kita lewat pekarangan samping kanan saja dari arah belakang. Disisi samping kiri rumah Bung Karno ini terdapat pelataran yang cukup luas sampai ke depan rumah Bung Karno. Dengan ditumbuhi rerumputan yang rapi dan terawat. Selain itu, juga tumbuh pohon yang cukup besar sehingga area di sekitarnya menjadi rindang. Sangat nyaman berjalan-jalan di pekarangan ini. Biasanya pengunjung menyempatkan diri duduk-duduk di bawah pohon sambil bercengkrama mendiskusikan perihal Rumah Bung Karno atau aktivitas selanjutnya yang mau ditekuni. Pelataran sebelah kiri ini juga asyik dijadikan objek berselfie atau berwefie ria.
Puas dudk-duduk sambil bercengkrama, saatnya beranjak pulang. Dimomen ini, pengunjung umumnya menyempatkan diri berfoto-foto di bagian depan Rumah Bung Karno. Di halaman depan yang luas dengan ditumbuhi bunga-bunga dan rerumputan yang terawat rapi.  Setelah itu tak lupa berfoto ria di gapura merek rumah kediaman Bung Karno berukuran cukup besar berlatar belakang keramik berwarna hitam dan tulisan berwarna putih. Setelah itu kita pun melangkah keluar dari pekarangan dan pagar rumah Bung karno. Sayonara. Nyaman dan enak kan ada di Bengkulu. Datang lagi ya, boleh ajak keluarga atau teman terdekat, Bumi Rafflesia menunggu. (**)